Besemah suatu terminology lebih dikenal dekat dengan satu
bentuk kebudayaan dan suku yang berada disekitar gunung Dempo dan pegunungan Gumay.
Wilayah ini dikenal dengan Rena Besemah. Sedangkan untuk terminology politik
dan pemerintahan, dipergunakan nomenklatur Pasemah. Pada masa kolonial oleh
Inggris dan Belanda menyebutnya Pasumah, bahkan sampai sekarang Pemerintah
Republik Indonesia masih menyebutnya Pasemah.
Sekilas Sejarah Besemah
Ilustrasi menarik mengenai tempat orang-orang Pasemah pernah
dituliskan oleh JSG Grambreg, seorang pegawai pemerintah Hindia Belanda yang
ditulisnya tahun 1865 sebagai berikut:
Barang siapa yang mendaki Bukit Barisan dari arah Bengkulu.
kemudian menjejakkan kaki di tanah kerajaan Palembang yang begitu luas; dan
barang siapa yang melangkahkan kakinya dari arah utara Ampat Lawang (negeri
empat gerbang) menuju ke dataran Lintang yang indah, sehingga ia mencapai kaki
sebelah Barat Gunung Dempo, maka sudah pastilah ia di negeri orang Pasemah.
Jika ia berjalan mengelilingi kaki gunung berapi itu, maka akan tibalah ia di
sisi timur dataran tinggi yang luas yang menikung agak ke arah Tenggara, dan
jika dari situ ia berjalan terus lebih ke arah Timur lagi hingga dataran tinggi
itu berakhir pada sederetan pegunungan tempat, dari sisi itu, terbentuk
perbatasan alami antara negeri Pasemah yang merdeka dan wilayah kekuasaan
Hindia Belanda. Dari kutipan itu tampak bahwa saat itu wilayah Pasemah masih
belum masuk dalam jajahan Hindia Belanda. Operasi-operasi militer Belanda untuk
menaklukkan Pasemah sendiri berlangsung lama, dari 1821 sampai 1867. Johan
Hanafiah budayawan Sumatra Selatan, dalam sekapur sirih buku Sumatra Selatan
Melawan Penjajah Abad 19 tersebut menyebutkan bahwa perlawanan orang Pasemah
dan sekitarnya ini adalah perlawanan terpanjang dalam sejarah perjuangan di
Sumatera Selatan abad 19, berlangsung hampir 50 tahunlamanya.Johan Hanafiah
juga menyatakan bahwa pada awalnya orang-orang luar, khususnya orang Eropa,
tidak mengenali siapa sebenarnya orang-orang Pasemah. Orang Inggris, seperti
Thomas Stamford Rafless pahlawan perang Inggris melawan Belanda di Jawa (1811)
dan terakhir mendapat kedudukan di Bengkulu dengan pangkat besar (1817-1824)
menyebutnya dengan Passumah. Namun kesan yang dimunculkan adalah bahwa
orang-orang Passumah ini adalah orang-orang yang liar. Dalam The British
History in West Sumatra yang ditulis oleh John Bastin, disebutkan bahwa
bandit-bandit yang tidak tahu hukum (lawless) dan gagah berani dari tanah
Passumah pernah menyerang distrik Manna tahun 1797. Disebutkan pula bahwa pada
tahun 1818, Inggris mengalami dua malapetaka di daerah-daerah Selatan yakni
perang dengan orang-orang Passumah dan kematian-kematian karena penyakit
cacar.Pemakaian nama Passumah sebagaimana digunakan oleh orang Inggris tersebut
rupanya sudah pernah pula muncul pada laporan orang Portugis jauh sebelumnya.
Disebutkan dalam satu situs internet bahwa Portugis pernah mendarat di Pacem
atau Passumah (Puuek, Pulau Sumatra) pada bulan Mei 1524. Namun, dari
korespondensi pribadi dengan Marco Ramerini dan Barbara Watson Andaya,
diperoleh konfirmasi bahwa yang dimaksudkan dalam laporan Portugis itu adalah
Aceh, bukan Pasemah seperti yang dikenal ada di Sumatra Selatan sekarang. Hal
ini juga terindikasi dari lokasi Pacem itu sendiri yang dituliskan berada pada
05_09’ Lintang Utara – 97_14’ Bujur Timur). Gunung Dempo sendiri yang disebut
-sebut oleh Gramberg di atas berada pada posisi 04_02’ Lintang Selatan –
103_008’ Bujur Timur.Nama Pasemah
yang kini dikenal sebetulnya adalah lebih karena kesalahan pengucapan orang
Belanda, demikian menurut Mohammad Saman seorang budayawan dan sesepuh di sana.
Adapun pengucapan yang benar adalah Besemah sebagaimana masih digunakan oleh
penduduk yang bermukim di sana. Namun yang kini lebih dikenal adalah nama
Pasemah. Konon, munculnya nama Besemah adalah karena keterkejutan puyang Atong
Bungsu manakala melihat banyak ikan “Semah” di sebuah sungai yang mengalir di
lembah Dempo. Yang terucap oleh puyang tersebut kemudian adalah “Be-semah” yang
berarti ada banyak ikan semah di sungai tersebut. Hal ini juga tertulis dalam
sebuah manuskrip kuno beraksara Latin berjudul Sejarah Pasemah yang tersimpan
Jeme Besemah adalah orang-orang pemberani, Diakui oleh
penulis kolonial. Berwatak setia kawan,Dan loyal terhadap komitmen yang membuat
saudara Ataupun teman seperjuangan Sultan Palembang, Meneruskan perjuang
setelah Sultan Mahmud Badaruddin II Dikalahkan oleh Belanda pada tahun 1821.
Orang-orang Sindang Merdika di besemah menolak tindakan Belanda tersebut.
Mereka meneruskan perjuangan di besemah pada tahun 1821 Sampai 1866. Bahkan
pada saat-saat pertempuran melawan Belanda Di Palembang 1821 Sampai sekarang
masih belum jelas Dari mana sebenarnya asal usul suku Besemah. Apakah
teori-teori tentang perpindahan penduduk yang diikuti sekarangBerlaku juga bagi
suku besemah, masih diliputi kabut rahasia. Namun yang jelas, jauh berabad-abad
sebelum hadirnya mitos AtungBungsu, ditanah Besemah, dilereng Gunung Dempo dan
daerahSekitarnya, telah ada masyarakat yang memiliki kebudayaan
tradisiMegalitik dan bukti-bukti budaya megalitik ditanah besemah
sampaiSekarang masih ada. Tetapi permasalahannya, apakah jeme Besemah Sekarang
ini adalah keturunan dari Pendukung budaya megalitik tersebut ?Pengenalan
orang-orang Eropa, terutama Belanda dan Inggris Terhadap orang Besemah pada
awalnya sangat apriori. Orang Belanda dengan picik menyebutkan :## dat de
Pasoemhers zonen gebragt ( orang pasemah tak akan diajak bicara jika tidak
diberi unjuk kekuatan militer ) Demikian juga Sir Tomas Raffles, seorang
Gubernur Jendral Di Bengkulu, pertama kali dia menganggap orang Besemah sebagai
The pasumahs were a savage, ungovernable race, and that no termscould ever be
made with them (Orang Pasemah adalah buas, ras yang tidak berpemerintahan dan
tidak ada istilah yang dapat sesuai untukmereka.) Setelah menempuh perjalanan
yang berat dan melelahkan mendakiGunung dan bukit serta menembus belantara, bertemula
Raffles Dengan orang Besemah. Perjalanannya ini adalah perjalanan khusus untuk
mententramkan orang besemah.Who I Want to Meet:Tegakkah Ganti Nga
Tungguan, Jangan Manakah Batu Ke Luagh!!! MAKIN tenggelamkah "Sindang
Merdike" saat ini? Menurut budayawan besemah "Mohammad
Saman"..Begitu kekuatan Belanda merambah ke Besemah,Mulailah terjadi
pergeseran nilai-nilai adat, budaya, danSistem pemerintahan di tanah
besemahDampak berikut juga menyentuh berbagai peran dan fungsiLembaga-lembaga
lama yang ada di masyarakat ke lembaga Baru yang sesuai dengan keinginan
penguasa.Lembaga-lembaga lama misalnya hukum adat dan tradisi lain,Semakin
tidak berfungsi. Bahkan, puncaknya memasuki Abad XIX, berbagai lembaga
tradisional di tanah besemahTerasa mulai keropos dan pada akhirnya hilang
digerogoti Kolonial Belanda
Suku Pasemah atau Besemah,
adalah suatu masyarakat adat yang bermukim di daerah
perbatasan provinsi Sumatra Selatan dengan provinsi Bengkulu. Wilayah pemukiman
suku Pasemah meliputi daerah sekitar kota Pagar Alam, kecamatan Jarai,
kecamatan Tanjung Sakti dan daerah sekitar kota Agung kabupaten Lahat. Wilayah
pemukiman suku Pasemah ini berada dekat sekitar kaki Gunung Dempo.
Istilah Pasemah, terdapat dalam prasasti yang dibuat oleh
balatentara raja Yayanasa dari Kedatuan Sriwijaya setelah penaklukan Lampung
tahun 680 Masehi yaitu “Prasasti Palas Pasemah” ada hubungannya dengan tanah
Pasemah. Dengan adanya prasasti ini, menunjukkan bahwa suku Pasemah, telah ada
sejak sebelum abad 6 Masehi.
Masyarakat Pasemah, menyebut diri mereka sebagai orang
Besemah. Saat ini, justru sebutan Pasemah yang populer di Indonesia ini, tidak
banyak orang yang tahu dengan sebutan yang benar, yaitu Besemah.
Keberadaan suku Pasemah sendiri
diperkirakan telah ada di wilayah Sumatra Selatan ini sejak ribuan tahun
sebelum Masehi, bersama-sama suku Komering dan suku Lampung. Hanya saja sejak
awal kedatangan, telah terpisah-pisah dan berbeda tempat pemukiman.
Suku Pasemah, kaya dengan
nilai-nilai adat, tradisi dan budaya yang khas. Masyarakat di tanah Pasemah
sejak dulu sudah memiliki tatanan dan aturan masyarakat yang bernama “Lampik
Empat, Merdike Due” yakni, "Perwujudan Demokrasi Murni", yang muncul,
berkembang, dan diterapkan sepenuhnya, oleh semua komponen masyarakat setempat.
Menurut masyarakat suku Pasemah,
asal usul mereka diawali dengan kedatangan Atong Bungsu, sebagai nenek moyang
orang Pasemah Lampik Empat, yang datang dari Hindia Muka, yang memasuki
wilayah Sumatra Selatan menelusuri sungai Lematang, akhirnya memilih tempat
bermukim di dusun Benuakeling. Pada saat kedatangan si Atong Bungsu,
ternyata sudah ada 2 suku yang terlebih dahulu menempati daerah itu, yaitu suku
Penjalang dan suku Semidang. Mereka bersepakat untuk sepanjang hidup sampai
anak keturunan tidak akan mengganggu dalam segala hal. Atong Bungsu
menikah dengan putri Ratu Benuakeling, bernama Senantan Buih (Kenantan Buih).
Melalui keturunannya Puyang Diwate, Puyang Mandulike, Puyang Sake Semenung,
Puyang Sake Sepadi, Puyang Sake Seghatus dan Puyang Sake Seketi, menjadi suatu
kelompok masyarakat Jagat Besemah atau yang disebut sekarang sebagai suku
Besemah (Pasemah).Disebutkan, Atong Bungsu berkembang dan mempunyai keturunan.
Keturunannya menyebar ke berbagai tempat dan membentuk beberapa kelompok, yaitu
suku Sumbai Besar, Sumbai Pangkal Lurah, Sumbai Ulu Lurah, dan Sumbai Mangku
Anom. Ke 4 suku ini disebut sebagai kelompok suku Lampik Empat. Jadi di wilayah
Sumatra Selatan pada masa itu terdapat 6 suku yang menyatu dan
membentuk suatu kelompok masyarakat yang memiliki tatanan demokrasi
modern.
Dalam beberapa tulisan di beberapa
situs internet, disebutkan bahwa Atong Bungsu sebagai nenek moyang suku Besemah
berasal dari Majapahit. Agak sedikit membingungkan!, Karena orang Pasemah atau
Besemah, telah ada sejak masa Kerajaan Sriwijaya atau bahkan sebelum masa
Kerajaan Sriwijaya sekitar abad 6. Sedangkan Majapahit baru ada sejak abad 12.
Mungkinkah suku Pasemah yang telah ada sejak abad 6, berasal dari nenek moyang
yang hidup pada abad 12 ? hal ini perlu ditelaah lebih lanjut.. Suku
Pasemah berasal dari Atong Bungsu, bisa diterima oleh akal, tetapi kalau
berasal dari Majapahit, sepertinya tidak masuk akal. Karena orang Pasemah
sendiri jauh lebih tua dari Kerajaan Majapahit, dan bahkan mungkin telah ada
sebelum berdirinya Kerajaan Sriwijaya.
Orang Pasemah, adalah orang-orang
yang pemberani dan memiliki sikap setia kawan terhadap siapapun yang dianggap
telah menjadi kawan, serta loyal dan berkomitmen. Sikap dan kepribadian
orang-orang Pasemah ini justru diakui oleh beberapa penulis Belanda di zaman
kolonial.
SUKU BESEMAH BAGIAN KECIL DARI
KERAJAAN SRIWIJAYA
MUARA PAYANG
Pada hari ini merupakan tonggak
sejarah pertama bahwa di BESEMAH atau dikenal dengan sebutan PASEMAH di
Sumatera bagian Selatan dilaksanakan Seminar Sejarah dengan Tema “ Dengan
Seminar Nasional Peradaban Besemah Sebagai Pendahulu Kerajaan Sriwijaya, kita
Wujudkan persatuan dan Kesatuan Bangsa Serta Rasa Cinta Tanah Air”.
Sepengetahuan kami belum pernah
ada seminar sejarah sekhusus ini di tempat ini (TANAH PASEMAH) yang mengaitkan
jagat Pasemah dengan Kerajaan Sriwijaya.
Ini membuktikan perspektif sejarah
untuk di teliti secara ilmiah tidak terbatas waktu dan tempat dipandang dari
berbagai disiplin ilmu termasuk juga temuan-temuan benda-benda bersejarah yang
diketemukan kemudian.
Jadi Sejarah adalah riwayat masa
lampau, suatu riwayat yang menjelaskan asal dan proses suatu peristiwa sejarah.
Secara umum sejarah dikaitkan dengan peninggalan-peninggalan benda masa lampau
misal patung, situs, candi, senjata kuno, budaya-budaya kuno dan lain-lain.
Dismping itu sejarah menapilkan
dimensi ruang dan waktu. Setiap pristiwa selalu mengandung tiga unsure yaitu
pelaku, tempat, dan waktu. Peninggalan masa lampau lebih berkonotasi pada
keadaan yang belum tersentuh manusia masa kini. Peristiwa sejarah sebagai
perisrtiwa sejarah itu susngguh-sungguh terjadi ( Hitorialita) sudah berlalu,
peristiwa masa lampau tidak mungkin tampil di hadpan masa kini.
Tidak ada manusia yang dapat
melarikan diri dari sejarah. Namun tidak semua manusia dapat menyadari diianya
sebagai pelaku sejarah apa lagi berkesadaran bersejarah
Mudah-mudahan dengan seminar ini
menyadarkan kita betapa pentingnya arti berkesadaran sejarah untuk meningkatkan
rasa persatuan dan kesatuan dalam pembangunan NKRI.
BESEMAH BAGIAN DARI SRIWIJAYA
Sebagai mana kita ketahui bahwa
bangsa Indonesia sangat majemuk sekali keberadaannya dari sabang sampe maroke,
beranekaragam suku bangsa, beranekaragam adat, budaya, bangsa bahkan agama yang dianut dapat dilihat dengan jelas
Demikian suku bangsa BESEMAH atau
PASEMAH merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari suku bangsa yang ada
dibumi nusantara ini.
Menurut sejarah dan crita yang
diyakini sejak zaman dulu hingga saat ini, nama “ BESEMAH” atau “ PASEMAH “
asal mula puyang “ATONG BUNGSU “ mencari dengan keluarga dan rombongannya.
Pada akhirnya puyang ATUNG BUNGSU
melihat dan menemukan ikan SEMAH dipeairan dataran tinggi dantara bukit barisan
dan gunung dempo hingga wilayah / daerah ini diberimana “ BESEMAH “.
Dengan perkembanggannya ada
dimanakan “ TANAH BESEMAH”, “RANA BESEMAH”, “JAGAT BESEMAH”, demikian penduduk
asli ( Masutim ) menamakan kelahirannya.
Hikayat nenek moyang ini dapat
dari penuturan tua-tua terdahulu, secara tertulis belum ditemukan.
Sebelum kita memaparkan lebih
jauh,mari kita lihat keadaan PASEMAH dari zaman ke zaman antara lain :
- zaman ketika Pasmah mengalami
kemajuan karena usahanya sendiri, zaman kemerdekaan sekian ratus tahun yang
berlalu bahkan beberapa yang lalu, dapat dilihat dari :
Geografis, Siapa orang Pasemah
(asal usul),, Budaya, Bahasa, Pemerintahan, Peninggalan-peninggalan benda
bersejarah megalit, candi, situs, dll .
- Zaman keadaan sriwijaya → 700 tahun sudah ada
- Zaman kesultanan Palembang (1600
– 1825)
- Zaman Kolonial Inggris dan
Belanda (abad 18 dan 19)
- Zaman kemerdekaan Indonesia
(1945-sekarang)
Dalam seminar ini kami membatasi
hanya sampai ke BESEMAH adalah bagian dari sriwijaya.
I. Geogarafis Pasemah
Pasemah secara geografis terletak
kearah sebelah barat Kota Palembang atau di pedalaman Sumatera Selatan.
Terhampar di lereng-lereng bukit dan gunung dempo, dengan ketinggian ± 3200 m
diatas permukaan laut. Sebelah timur membujur kearah bukit besar sedangkan
keselatan membujur kearah gunung atau bukit patah. Daerah Pasemah menurut
penyebaran penduduk dibagi menjadi beberapa bagian yaitu Pasemah lebar, Pasemah Ulu Manna, Pasemah Ulu Lintang,
Semendo, Pasemah Air Keruh, Pasemah Kikim, Pasemah Merapi dan Bandar Agung,
Muaradua Kisam dan Makakao.
Punggung Gunung yang membentang
dari bukit jambul kearah selatan menuju bukit pancing memisahkan Pasemah Lebar
dan Pasmah Semendo selanjutnya kearah yang sama kegunung patah di ujung paling
selatan dan kearah barat kebukit Umang, kemudian kearah utara Gunung Dempo
memisah antara Pasemah Lebar dengan Pasmah Ulu Manna.
II. Siapakah orang Besemah atau
Pasemah ?
Secara tertulis pula, rumpun
sukubangsa pasemah belum diketemukan hingga banyak pendapat atau penulis
sejarah pasemah terdahulu menulis dan meriwayatkan bahwa rumpun orang Pasemah
termasuk antara lain :
- Orang Pasemah berkumpul ke
Bengkulu
- Orang Pasemah berkumpul ke Jawa
- Orang Pasemah berkumpul ke
Lampung
- Orang Pasemah berkumpul ke Muka
- Orang Pasemah dari daratan timur
Asia dan seterusnya
Dari sekian banyak pendapat ini,
penulis mengajak mempelajari dari pakar sejarawan berbagai disiplin ilmu untuk
mengetahukan ras-ras umat manusia dan migrasi bangsa-bangsa masukan ke
Nusantara.
III. Melayu tua dan melayu muda
Dinamika gerak awal penduduk di
Asia Tenggara (2000-3000 tahun SM) dari (Keith Buchana – The Southeast Asia
World halaman 27).
Sebagian besar penduduk indonesia
termasuk Ras Paliomongoloid, sebutan yang dberikan oleh VON ELCKSTEAT untuk Ras
Melayu, sebagai cabang dari Ras Induk Kuning. Ras Malayu ini yang
menyebarkannya dari sumber aslinya (mungkin tibet) menuju ke selatan Hindia
Belakang.
Di Hindia belakang ada dua pusat
penyebaran. Dari daerah Yunan di Cina selatan berangkatlah suku-suku yang tergolong
proto Melayu Tua. Sedangkan dari dataran Dongson di Vietnam Utara berangkatlah
Deutro Melayu Muda. Melayu sebagai keseluruhan adalah dengan ciri-ciri fisik
(generologis) rambut lurus, kulit kuning kecoklatan dan kadang-kadang masih
sipit pelupuk matanya bahkan masih banyak yang berkulit putih dan sipit
matanya.
Antropolog Fischer berpendapat
bahwa kelompok Melayu Tua datangnya di Nusantara lebih dulu dari pada kelompok
Melayu Muda. Migran-migran pendahulu itu menempati pantai-pantai Sumatra selatan,
Kalimantan Barat dan Sulawesi Barat.
Tetapi kemudian kaerana tersesak
oleh kelompok Melayu Muda yang datang kemudian, kelompok Melayu Muda lanjut k
pedalaman dan hidup tersolasi sehingga muncullah peradaban mereka ini suku-suku
Dayak dan Toraja. Adapun suku Batak kemudian memiliki jalan Barat menguasai
pantai-pantai barat dan malaka, buktinya pada suku Karen dan Burma (Birma)
banyak terkandung kemiripan fisik, bangsa dan suku Batak.
Perpindahan mereka di Nusantara
dapat ditelusuri rutenya yang berupa terbesarnya alat-alat mereka tinggalkan
secara berceceran yakni kapak persegi panjang (rectangular axe) kedapatan di
Malaka, Sumatra Kalimatan dan Sulawesi.
Hal yang menarik adalah
kontradeksi mengenai fakta yang telah ditemukannya kapak persegi panjang dalam
jumlah lebih besar justru di luar daerah Melayu Tua yakni Sumatra Selatan
(Pasemah) dan di jawa.
Kelompok Melayu Muda seperti
ditunjukkan di atas berasal dari Dongson Vietnam Utara. Mereka ini telah
membuat perkakas dari perunggu. Peradapan mereka di tandai dengan kemampuan
mengerjakan logam dengan sempurnah. Di bidang pengolahan tanah petani yang
berhasil mereka tercipta dengan membabat hutan terlebih dahuli. Sudah
selakyaknya mereka mencari daerah-daerah Sumatra dan Jawa untuk digarap seperti
di Negeri asal-usul mereka.
Menurut perhitungan sejarah, nenek
moyang orang Melayu, Sumatra, jawa dan Kalimantan ini datangnya pada tahun 1500
sebelum Tarikh Masehi memeperlihatkan penyebaran bahasa-bahasa daerah menurut
suku-suku Melayu.
Untuk menelusuri penjelasan di
atas atau yang telah dikemukakan diatas dikandung maksud migran-migran masuk ke
Nusantara atau untuk melihat penyebaran penduduk di Bumi Nusantara.
Khususnya di Sumatra bagian
Selatan suku bangsa Pasemah banyak kemiripan dengan asal kedatangannya di Negeri
asal-usul mereka. Hal ini juga dapat kita lihat dari penelitian pakar pra
sejarah dan kepurbakalaan awal abad 19 sampe tahun 1935 adanya
peninggalan-peninggalan pra sejarah.
IV. Zaman Megalitik
Megalitic Remain in South Sumatra
Pasemah mempunyai kedudukan
tersendiri dalam sejarah kebudayaan Indonesia, karena peninggalan tradisi
megalitik yang berjumlah ratusan buah.
Robert Von Heinz Gelderen pakar
kepurbakalaan mengatakan peninggalan tradisi megalitik berupa batu besar
berbentuk manusia secara utuh seperti arca batu tinggi hari, Muara Dua dan
Pulau panggung menggambarkan arca pendeta leluhur dinegri Cina sebagai altar
pemujaan leluhur ini juga mengigatkan negeri asal, arca ditinggi hari memakai
semacam topi yang bagian belakang sisi kiri dan kanan cobing, membatasi bagian
muka dengan kepala. Jelas terlihat bahwa arca ini memakai topi khas Cina yang
di perkirakan zaman Dinasti Tang dan Ming (618-207 SM).
Sejarah dengan itu tanah Pasemah
banyak ditemukan batu megalitik zaman Hindu-Budhaoleh pakar arkeologi dalam
bukunya “ DE HINDOE OUDHEDEN IN DE PESEMAH HUOGLAKKTE (RESIDENTE PALEMBANG)
DOOR LC. WESTENK” tahun 1932. juga ilmuwan-ilmuwan arkeologibangsa Eropa yang
tidak kami tulis satu per satu dan batu megalitik (arca) ini banyak ditemukan
di Dusun Tegu Wangi dan di dusun lain Pasemah, inilah sedikit dari gambaran
peninggalan zaman megalit.
Di dataran tinggi Pasemah banyak
terdapat arca atau patung-patung yang menggambarkan manusia masa kini (diluar
arca zaman Hindu) menurut hikayat dan legendanya patung / arca ini kutukan dari
puyang serunting sakti terkenal dengan sebutan sipahit lidah lainnya terkenal
dengan cerita pertempuran antara sipahit lidah dan aria tabing kerena jagat
Pasemah terkenal dengan sebutan Bumi sipahit lidah.
V. Agama dan kepercayaan
Menurut beberapa penulis Barat
bahwa sebelum masuknya agama islam di Pasemah dahulu masyarakat menganut
Aninisme tetapi ini sangat di ragukan sebab pada dasarnya aninisme adalah suatu
bentuk pekercayaan primitif yang memuja benda-benda yang di percaya mempunyai
atau didiami roh halusmemang keprcayan aninisme banyak dianut suku-suku yang
ada di indonesia seperti di kepulauan Nias, Tapanuli (Batak), suku Dayak di
Kalimantan dan suku dikepualauan Irian (suku asmat). Suku ini membuat patung
dari kayu yag disebut “TOTEM” di pakai dalam upacara keadatan mereka.
Tetapi ciri-ciri khas sperti itu
atau pemujaan benda-benda yang di buat sendiri atau terhadap benda lainnya
seperti batang, kayu terdapat dalam keadatan Pasemah (Upacara Adat Pasemah)
Ada pendapat lain bahwa orang
Pasemah sangat percaya pada apa yang disebut puyang sebgai leluhur yang sangat
di hormati, disegani. Karena puyang-puyang ini disamping asal-usul keturunan
juga mempunyai kesaktian terlihat ini jelas hingga sekarang masih diceritakan
dan diakui walau pun sebelum agama islam masuk juga ada pengaruh dari agama
Hindu dan Budah, seperti nyeran masuk hitan panen padi pada sanghiang sri dan
ada lagu (gegerit) yang menyebut Sang Batare Dewe di Kahyangan.
Dalam kitab-kitab dalam bahasa
sang sekerta pada awal tahun masehi di sebut Pulau Jawa dengan nama Jawadwipa
dan Sumatera dengan nama Suwarnadwipa.
Menurut pararaton mereka datang
dari negeri Kalingga, Keling dan pantai tanah Malakadwipa dari kamboja (Campa)
dalam babad itu banyak nama tempat ke Pualauan Hindia yang berganti arah ke
tenggara sambil berdagang mereka mengajarkan agama dan kebudayaan serta tata
cara mereka tidak menularkan atau mengembangkan ilmu pengtahuan saja melainkan
mempengaruhi orang-orang Sumatra, Jawa, Bali, dan Sumbawa.
Dalam pararaton dijelaskan pula
bahwah tempat peristirahatan dalam perjalannya terletak di pilau Sumatra yang
berawa-rawa serta berhutan belantara jelaslah Palembanng dan Jawa bagian tengah
menjadi tumpuan bertempat tinggal orang hindu dan Budha ( dalam buku Prapanca
Negara Kertagama Kerajaan Sriwijaya adalah pusat pendidikan agama Hindu Budah
VI. Bahasa dan Tulisan
Bahasa Besemah (Pasemah) termasuk
dalam bahasa Melayu. Namun demikian para ahli bahasa mengatakan bahwa bahasa
Pasemah dalah bahasa Melayu Tua. Hal ini dapat dibuktikan dari linguistik khas
Pasemah dan di perbendaharaan kata-kata tidak sama dengan kebanyakan bangsa
Melayu pada umumnya di Pulau Sumatera antara lain Bahasa Melayu Deli, Melayu
Riau, melayu Jambi, dan Melayu Pulau Bangka, dll. Dalam tulisan orang Pasemah
tempo dulu sudah mengenal apa yang disebut tulisan huruf “ULU” atau Akasara
Rencong disebutRenceng karena ditulis patah-patah.
VII. Kebudayaan Pasemah
Sebagai suku bangsa yang mempunyai
kebudayaan yang tinggi ada beberapa peninggala-peninggalan nenek puyang yang
sampai saat ini masih ada dan dipelihara antara lain :
- Rumah Dempo Dulu ( Rumah adat
Bahari) yang banyak terdapat di dusun (Kampung) lama. Rumah adat ini dinamakan
Rumah Beunjung Bertihang Sembilan, dengan ukiran ciri pada zaman matahari mati.
Ciri-ciri ukiran ini dari zaman dinasti di Cina (Zaman Dinasti Tang dan Dinasti
Ming)
- Zaman tempo dulu nenek puyang
ahli dibidang membuat kain tenun ikan khas Pasemah, juga dalam kesenian ada
tarian khas Pasemah, tari Reban, Gegirit, rejung dll.
- Yang tidak kalah pentingnya di
Besemah Jurai Sumbaiadalah suku-suku yang mempunyai beberapa jenis senjata yang
terbuat dari besi. Senjata yang dibuat daei besi ini dari zaman Kerajaan
Sriwijaya ( ciri-ciri pembutannya sangat jelas dari zaman Hindu Sriwijaya )
seperti :
Kerisis Tata Runjune Pusaka
Dewe Semidang
Rentakeu dan Buntag Bujuk
Pusaka Sumbai Tanjung Raga
Keris Kerian Tangis Pusaka
Sumbai Ulu Lurah
Siwar Lawang dan Keris
Santan Apung dll
Dahulu menurut cerita senjata-senjata
tersebut mempuyai kekuatan magis (sakti).sebenarnya banyak pusaka-pusaka orang
Pasemah dari kerajaan Sriwijaya.
VIII. Pemerintahan Adat yang
Dinamakan “ Lampik Empat Merdike Duwe”
Di Besemah Pemerintahan adat /
kekuasaan adat “ Lamping Empat Merdike Duwe” , adalah kekuasaan adat yang tidak
mempuyai komdifikasi, pada dasarnya untuk mengatur tatanan, nomor-nomor
kehidupan berdasarkan kebiasaan yang ada dalam masyarakatnya, demikian di
Pasemah secara populer dalam bahasa asingnya disebut “The Unwritten Adat Law”
atau Jus Non Scriptum (hukum asli penduduk).
Hukum adat adalah suatu yang
hidup, karena ia menjelmahkan perasaan hukum yang nyata dari rakyat dengan f
itrahnya sendiri, adat terus menerus dalam keadaan tumbuh dan berkembang
seperti hidup itu sendiri (Pakar Hukum Adat, Prof. Dr. R. Seopomo, SH (UJ 1962
hal 6)
Pada zaman kemerdekaan Besemah
(Pasemah) rumpun-rumpun seketurunan yang membentuk kesatuan genelogi dan
mencetuskan kesatuan-kesatuan bersifat teriorial. Kesatuan masyarakat ini
adalah :
- Sumbai Besar
- Sumbai Tanjung Raya (Pangkal
Lurah)
- Sumbai Ulu Lurah
- Sumbai Mangku Anom
- Sumbai Suku Semidang
- Sumbaisuku Penjalang
Kesatuan masyarakat tersebut
diatas yang melaksanakan aturan-aturan adat di dalam masyarakanya. Kepala
sumbai suku ini adalah pimpinan adat bersama-sama Junai Tua sebagai DewanAdat
(sama dengan perwakilan rakyat) sumbai dan suku dalam pemerintahan adat
(pelaksana adat) “ Lampik Empat Merdike Duwe” kepala atau ketua Pasemah dipilih
atau ditetapkan dari ketua sumbai “Lampik Empat Merdike Duwe” dengan nasehat
dan pertimbangan Mrdike Duwe. Maka secara bersamaan di pasemah kekuasaan adat
tadi disebut “ Lampik Empat Merdike Duwe” suatu pemerintahan yang kuat
demokratis.
Oleh Dr. Van Rooyen ( dalam
bukunya “de Palembangsche marga en Hare Grand en Waterrechten) dikatakan
sebagai suatu “Een Republiek in den meest democratisheunzin” suatu republik
arti seluas kata. Kebenaran kata-kata Dr. Van Rooyen tersebut juga oleh penulis
barat lainnya berpendapat sama ( Dr. BJ Hage-Haven-Granberg-wilken-Dr. Lublink
Widdik dan Sri Thomas Stanford Raffles) diantaranya menulis buku
promotion/skripsikesarjanaan mereka buku “memore van overgranve atau buku
“Kolonial Studien”.
Perlu dicatat dan diketahui bahwa
pemerintah adat “Lampik Empat Merdike Duwe” ini tidak di bawah kekuasaan Sultan
Palembang yang baru terbentuk abad 16-1825 tahun masehi oleh kesultana Banten
dan Kesultanan Cirebon. Karena itu di Besemah tidak mengenal istilah sultan
atau sunan.
Berakhirnya kekuasaan adat “Lampik
Empat Merdike Duwe” setelah Belanda dan Inggris mengekspansi ke tanah Pasemah
yang terakhir di Sultan selatan. Keterangan ini didapat dari MRHAJ Oecker
Asisten Residen Palembang bahwa dalam masa mengekpansi ke pasemah melalui tiga
arah antara lain :
(Tiga Rangkaian Sejarah Perlawanan
Rakyat Pasemah)
- Dari daerah Bengkulu ke Pasemah
Ulu Manna selnjutnya ke tanjung sakti oleh inggris tahun 1790 sampai 1821 M
- Dari daerah Tebing Tinggi ke
Pasemah Ulu Lintang oleh Belanda tahun 1852 M.
- Dari Lahat berakhir tahun 1866 M
ke Pasemah Lebar
IX. Kerajaan Sriwijaya
Berdasarkan buku-buku sejarah
Indonesia bahwa pada zaman keemasannya kerajaan sriwijaya pengaruhnya sampe ke
Cina, Kamboja, Thailand hal ini ditulis pada babad Cina dan berdasarkan
prasasti-prasati yang ditemukan di Palembang, Jambi antara lain Prasasti
Keduikan Bukti yang menunjukkan tahun 5 Ashade 605 saka atau bulan Juni 683
Masehi oleh Dapunta Hyang (isi Prasasti tidak kami tulis)ini pada waktu Seminar
sejarawan untuk menentukan hari jadi Kota Palembang (Bulan April 1972).
Dalam buku “Negarakertagama” yang
ditulis Prapanca adalah buku yang merupakan (Buku Banbon) sejarah-sejarah
kerajaan di Bumi Nusantara yang di tulis dalam huruf Sanskerta tahun 1287-1365
masehi.
Menjelaskan bahwa kerajaan
Sriwijaya merupakan pusat kerajaan dan bandara yang cukup ramai. Pusat dan
bandara inilah disebut Palembang (sekarang ini) dan kerajaan riwijaya ini yang
menjadi pusat pengembangan pendidikan agama Hindu dan Budha.
Dalam Perjalan sejarahnya pada
Dinasti Syailendra bagian dari Raja-raja Sriwijaya pada Zaman Keemasannya pada
akhir abad ke-8 masehi pernah meletakkan titik kekuasaannya di daerah Jawa
Tengah (Magelang) yakni bangunan suci yang sampai saat ini masih berdiri yaitu
candi Borobudur, Mendut dan Candi Pawon adalah hasil karya seni bagunan dan
seni pahat dalam kerangka arisitektur yang tidak ternilai.
Pada dinding-dinding Candi
digambarkan diantaranya relief-relief pelajar sedang belajar agama Budha dll
dan yang tidak kalah pentingnya adalah prasasti bahwa candi ini dibuat oleh
syailendra Raja Sriwijaya. Dan Candi Borobudur ini merupakan kebanggaan bagi
bangsa Indonesia Bahkan merupakan seni bangun pra sejarah tingkat dunia.
Berdasarkan cerita-cerita
tetua/leluhur orang Besem,ah dan sangat diyakini bahwa Putri Sandang Biduk adik
dari Puyang Atong Bungsu kawin dengan Raja Sriwijaya.
Menjelang kehancuran oleh serbun
Cola Mandala dalam tahun 1024/1025 M dan dikisahkan dalam buku Negarakertagama,
sriwijaya ditundukan oleh kerajaan Majapahit pada tahun 1377 Masehi oleh Raden
Wijaya dengan gelar Prabu Kertagama, dan disebut juga prabu Brawijaya.
Maksud dan Tujuan
Dengan adanya seminar Nasional
Besemah ini maka akan menghasilkan karya ilmiah bagi masyarakat Pasemah, rakyat
Sumatera Selatan dan bangsa Indonesia pada umumnya.
Kesimpulan
Dari hasil pemaparan tersebut di
atas maka penulisan menyimpulkan bahwa Pasemah masih eksis untuk diteliti
secara ilmiah dari berbagai disiplin ilmu sehingga dapat dijadikan ilmu
pengetahuan baik masa kini maupun yang akan datang.
Asal Mula Nama Besemah
Nama Besemah berasal dari
nama ikan Semah, ikan ini termasuk golongan ikan-mas. Sedikit cerita tentang
nama Besemah, yang konon katanya berasal dari cerita tentang
istriRaden Atung Bungsu yang
saat itu sedang mencuci beras disungai dan
tiba-tiba ada seekor ikan
Semah masuk kedalam Bakul atau tempat beras
tersebut, lalu ikan itu
lasung dibawa pulang oleh Kenantan Buwih (istri
Raden Atung Bungsu) setiba dirumah ia pun menceritakanya ke Raden
Atung Bungsu. dan tanpa pikir panjang dan penuh keherananRaden Atung
Bungsu pun mengatakan tanah tempat dia tinggal ini akan dinamakanBESEMAH.
Secara ilmu pengetahuan Besemah berasal
dari kata Semah dan di beri awalan Be (ber), kata Be atau ber itu sendiri
berarti 'ada'.
Namun Besemah sering
kali membuat orang-orang bertanya 'yang benar itu Besemah atauPasemah.?'
Nah..hal inila yang membuat banyak
orang bertanya, sebenarnya Besemah dan Pasmah itu
saling berhubungan tetapi lain cerita dan asal muasalnya. Untuk Pasmah sendiri
akan aku jelaskan dalam postingan berikutnya.
Pengertian Jagat Besemah.
Pernah mendengar kata-kata JAGAT
BESEMAH..? pengertian Jagat sendiri bukan semata-mata mengacu pada
semesta alam raya ini melainkan memberi pengertian dalam suatu pemerintahan
pada zaman sejarah Besemah dahulu yang
memiliki wilayah yang luas.
Jagat Besemah sendiri merupakan masa
kekuasaan Atung Bungsu dan didirikan oleh Atung Bungsu itu
sendiri.
Besemah dan Wilayah-wilayahnya
Adapun wilayah-wilayah
besemah sebagai berikut:
Terdiri dari 18 Wilayah di
Besemah:
1. Wilayah Besemah
Libagh (Besemah Lebar), terdiri dari:
- Wilayah Pagaralam
(KotaPagaralam), termasuk Ulu Ayik (Ulu Selangis) dan sebagian Besemah Tengah
atau Besemah Tengah Padang
(Besemah Belah Sini Ndikat).
- Wilayah Besemah Seberang Ndikat
(saat ini Kecamatan Kota-agung)
- Wilayah Impit-bukit dan
Padang-tinggi (kini Kecamatan Pajarbulan).
2. Wilayah
Mulak-Pagargunung, (dalam Kabupaten Lahat) yang terdiri dari:
- Wilayah Mulak Ulu (kini
Kecamatan Mulak Ulu)
- Wilayah Pagargunung (kini
Kecamatan Pagargunung)
- Wilayah Mulak
Iligh (Mulak Ilir), kini termasuk Kecamatan Merapi.
3. Wilayah Gumay Tige
Jughu (Tiga Segi), (dalam Kabupaten Lahat), terdiri dari:
- Wilayah Gumay Lembak, termasuk
Suku Lime
- Wilayah Gumay Ulu, termasuk
Semidang Empat Dusun
- Wilayah Gumay Talang di Kikim
Kecik
4. Wilayah Lematang
(dalam Kabupaten Lahat dan Kabupaten Muaraenim), yang terdiri dari:
- Wilayah Lematang Ulu, termasuk
Lahat, Bandaragung, dan Merapi
- Wilayah Lematang Iligh
5. Wilayah Kikim
6. Wilayah Besemah Ulu
Lintang (kini Kecamatan Jarai)
7. Wilayah Besemah
Ayik Keghuh (kini Kecamatan Pasemah Air Keruh)
8. Wilayah Besemah Ulu
Manak (Tanjungsakti)
9. Wilayah Besemah Ulu
Alas (dalam Kecamatan Talo Kabupaten Seluma Bengkulu Selatan)
10. Wilayah Besemah
Palas (Kecamatan Palas Pasemah di Kabupaten Lampung Selatan)
11. Wilayah Kisam,
termasuk Bayur di Kabupaten OKU Selatan
12. Wilayah Mengkakaw
di Kabupaten OKU Selatan
13. Wilayah Rebang di
Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung
14. Wilayah -Wilayah
Semende Panjang
15. Wilayah Inim dan
Ulu Inim
16. Wilayah Ulu Ogan
(kini Kecamatan Ulu Ogan)
17. Wilayah -Wilayah
Kedurang, Padang-guci, Kelam, Kinal, dan Luwas di Kabupaten Bengkulu Selatan
dan Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu
18. Wilayah Lintang
(Lintang Kanan dan Lintang Kidaw).
Sumber:
http://kutuistana.blogspot.com/2014/06/sejarah-terlengkap-suku.html
Terima kasih atas informasi dan pengetahuan e
BalasHapusSangat bermanfaat. Ada artikel yang lain saya mau baca?
BalasHapusJeme Mane penules e ni? Ame pacak saling keruanka?
BalasHapus